Semangat.....

Success Will Never come to you but you must search it.....

Selasa, 21 Februari 2012

cerpen


keDahsyatan Cinta Naina


            Pancaran cahaya dari ufuk timur menyinari hamparan bumi tanpa tepi.  Langit tampak cerah. Sederet awan berlarian, berkerjaran dengan kawan-kawannya. Menggerakan semangat manusia mengawali liku kehidupan. Pagi ini sungguh berbeda dari pagi biasanya. Bisa dibilang luar biasa dari hari-hari sebelumnya. Askia merasa bahagia. Sebuah rasa yang tak bisa ditukar dengan lautan kata-kata. Setelah menerima telepon dari kawannya bahwa ia diterima sebagai mahasiswa disalah satu Universitas ternama di Purwokerto.
            Hatinya menjerit histeris bahagia. Namun, ia sedikit meragukan kabar terbarunya itu. karena pada saat mengerjakan soal-soal tes masuk, ia kurang maksimal. Kini hasilnya sungguh di luar dugaan. Mungkin ada kekuatan sepiritual yang menggerakan tangannya dan mencerahkan pikirannya.
            Ia langsung bergegas ke kamar mandi dan kemudian berdandan. Dengan niatan setelah rapih akan datang ke Universitas tersebut. Memastikan apakah dirinya masuk dalam jajaran mahasiswa yang jadi nominasi.
            Dari kost ke kampus memakan waktu lebih dari lima belas menit. Dalam perjalanan, Askia merasa sudah sangat tidak sabar. Waktu seolah berjalan begitu lambat. Angkot yang ia tumpangipun sedikit terlamabat. Huft lengkap sudah penasaran dalam hatinya. Untuk melihat pengumuman dari jarak yang dekat. Akhirnya, setelah kepanasan dan menguasai hati yang tidak sabar, ia sampai juga. Ternyata, pengumuman itu terpampang di depan gedung laboratatorium bahasa  dekat gedung Rektorat. Dimana para birokrat kampus menjalankan aktivitasnya.
            Apa yang dikatakan kawannya ternyata benar, nama Askia terpampang dalam daftar pengumuman. Dia berada dalam nomor 082323038. Dengan nama lengkap Naina Zainatus Syifa Askia. Dan diperkuat dengan nama asal daerahnya yaitu, Cilacap.
            Secara reflek, ia langsung menengadahkan rasa  syukurnya kepada Tuhan, tanpa memikirkan orang-orang yang berada di kanan-kirinya ia menundukan wajahnya ke bumi. Melakukan sujud syukur. Saat bersujud hati kecil Askia berucap “ Terimakasih Ya Tuhanku, Engkau telah mengabulkan permintaanku dan membalas jerih payahku dengan nikmat kebahagiaan lantaran diterima untuk meniti pendidikan yang lebih tinggi” itulah rangkaian kata tulus dari hati Askia sebagai rasa syukur pada Tuhan.
***

            Kini, Askia telah kuliah di Universitas favorit, yang tak semua mahasiswa  bisa masuk di Universitas tersebut. Sebuah Universitas yang kata orang menyimpan sejuta harapan masa depan untuk mahasiswa-mahasisiwinya.
            Tapi pernyataan itu sebenaranya tidak mutlak benar. Bahkan bisa saja salah. Mungkin seorang yang lulus dari Universitas pinggiran, tetapi bisa sukses mengaplikasikan ilmunya dalam bekerja. Maindset masyarakat selama ini menilai sebuah lembaga pendidikan berbekal ketenaran semata. Output tak begitu besar pengaruhnya. Atau kemungkina hanya faktor gengsi hingga mendaftarkan anaknya di Perguruan Tinggi ternama.  Agar bisa dikatakan wah oleh masyarakat sekitarnya. Sebenarnya, kesuksesan mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh kebesaran Universitasnya, tapi juga diimbangi oleh semangat belajar dalam mengembangkan kreativitas dan skill yang dimilikinya semasa di bangku kuliah.
            Hari-hari pertama masuk kuliah begitu menyaenangkan. Begitu banyak hal baru yang Askia dapatkan. Sejak dari masa ospek hingga merambah pada bernbagai aktivitas organisasi di jalani Askia dengan semangat yang memancar penuh keceriaan. Kenalan demi kenalan dengan kawan baru mengalir begitu cepat. Berbagai keunikanpun berkumpul menjadi satu. Dari segi bahasa dan budaya yang sekarang bersatu dalam bahasa Indonesia terlihat begitu rukunnya. Walaupun kawan-kawan berasal dari berbagai daerah seperti Maluku, riau, bandung bahkan lampungpun ada. Bahkan tidak sedikit mahasiswa yang berasal dari negara manca, menimba ilmu di Kota Satria itu. semua saling mengenal dan membaur dari rangkaian ospek hingga hari-hari kuliah berlangsung.
            Tiba-tiba, di sela-sela kepadatan kuliah, belum lagi harus disibukan dengan organisasi intera kampus, ada sosok yang muncul. Ia adalah seorang cowok. Dan yang membuat Askia kaget adalah sosok cowok itu ternyata mengenalnya.
Saat itu, Askia tengah duduk di boulevard kampus membaca materi-materi kuliah yang satu jam lagi akan di paparkan oleh dosen. Tiba-tiba saja cowok yang berparas tampan dan berkulit putih mendekatinya dan mengulurkan tangannya sambil berucap; “Hai apa kabar Naina?” Askia sangat kaget, hatinya pun berkecamuk bingun. Tanpa satu katapun sebagai jawaban yangmuncul dari bibir tipisnya. Meski ia tahu, panggilan Naina adalah panggilan ketika ia masih SMA dulu. Tapi yang ia bingungkan mengapa laki-laki yang kini ada di hadapannya mengenal nama panggilannya, bahkan dahulu panggilan itu hanya untuk kawan-kawan satu ganknya.
            “Hai, apa kabar Naina Zainatus Syifa Askia?” cowok itu kembali mengajukan pertannyaan disertai nama lengkap Askia.
            “Naina, kok pertanyaanku gak dijawab sich, jangan-jangan kamu sudah lupa sama aku?” lanjut cowok itu dengan nada tegas.
            “Kamu benar-benar lupa yah sama aku? Aku Rizal teman kamu waktu SMA di Kebumen dulu, tapi aku dulu kelas 3IS 3 (tiga IPS 3). Rizal menjelaskan panjang lebar identitasnya. Seraya memandang wajah bingung Naina yang terlihat masih menyimpan rasa penasaran.
            Dulu, ketika ia SMA, sekolahnya adalah termasuk sekolah favorit juga. Hingga banyak kelas untuk berbagai jurusan. Untuk jurusan IS saja, ada Sembilan kelas. Naina menempati kelas 3 IS 1, jadi mereka wajar saja kalau tidak begitu saling kenal terlebih akrab. Selain itu, Naina juga bukabn termasuk siswa yang aktif dalam organisasi intera sekolah maupun segudang kegiatan lainnya. Satu-satunya yang menonjol darinya ia adalah salah satu siswa yang jago dalam mata pelajaran akuntansi dan ekonomi, beberapa olimpiade pernah ia menagkan.
            Setelah mendengarkan jawaban dari Rizal, akhirnya keluar juga jawaban Naina.
            “Alhamdulilah baik, bagaimana kabarmu Rizal?” jawab Naina demgan sedikit terbata-bata.
            “Kamu daftar di sini Naina?”Tanya Rizal serius dengan menggunakan sapaan akrab Naina sewaktu di SMA dulu.  Naina hanya mengangguk-angguk tanda mengiyakan atas pertanyaan Rizal.
            “Naina, maafkan aku yah, tadi sempat membuatmu kaget, ketika pertama kali aku menyapamu” ucap Rizal sedikit merasa tidak enak.
            “Oh, tidak apa-apa, tadi aku hanya kaget saat kamu mengulurkan tangan dan menyebut nama panggilanku ketika di SMA. Tapi it’s ok! Aku malah senang kita bisa bertemu di sini walau dulu kita satu sekolah dan tidak saling kenal dan akhirnya ketemu di sini jadi bisa kenal, sekalian itung-itung reunian gitu” jawaban Naina sekaan membuat hati Rizal berbunga-bunga, seolah kehadiranya membuat Naina senang dan memberikan kesan yang mendalam.
            Seiring berjalannya waktu, komunikasi mereka terjalin dengan lancar, merekapun kini menjadi sangat akrab seolah mengingatkan aura kehangatan sewaktu di SMA.  Sesuai daftar, merekapun masuk dalam fakultas yang sama yaitu Fakultas Ekonomi.
            Semenjak di boulevard kampus itu, kedekatan mereka mulai terbangun, bahkan tidak jarang mereka jalan bersama, makan bersama dan belajar bersama. Ketika menjelang tidurpun kini Rizal sering sekali mengirim sms hanya untuk sekedar memberinya perhatian sebagai pengantar di pelataran mimpi. Dengan harapan mimpi indah.
            Begitu pula Naina, yang selalu merespect  semua perhatian Rizal, sms selalu ia balas, ajakan makannya selalu ia terima dan belajar bersamapun sering ia lakukan bersama Rizal. Semua itu ia lakukan dengan nada yang mengarah pada kenyamanan.
            Kebersamaan demi kebersamaan mereka jalani hingga menumbuhkan kehangatan yang tak ternilai. Seakan-akan tumbuh keharmonisan layaknya seorang pasangan. Padahal diantara keduanya tidak terjalin hubungan yang sepesial tapi rasa di hati mereka masing-masing menyimpan sesuatu yang sepesial.
            Hati kecil Rizal selalu gundah dan lama-kelamaan tidak bisa dibohongi, bahwa ia terpikat dengan sosok Naina yang begitu mempesona.  Setiap malam menjelang tidur, wajah Naina selalu menari-nari dalam fikirannya, seakan wanita manis dan lembut itu hadir memenuhi ruang kamarnya. Membuat Rizal semakin gelisah menjemput mimpinya. Sebenarnya, rasa yang kini meliuk-liuk dalam hatinya, tidak hanya tumbuh semenjak di boulevard kampus siang itu, namun rasa itu tumbuh semenjak mereka masih sama-sama duduk di bangku kelas dua SMA. Sungguh lebih dari dua tahun silam rasa itu masih menggelayut dan tertata rapi dalam hati terdalamnya.
            Hanya satu yang kini ada di benak Rizal, bertemu dan mengungkapkan semua rasanya pada Naina. Sayang sekali, waktu berjalan dengan semua kepadatan kegiatannya. Kuliah dan belum lagi organisasi yang menuntut tenaga dan pikiran. Tapi sore ini, Rizal bertekad untuk mengajak Niana bertemu, karena ia tahu Naina tidak ada jam kuliah.
            “Aku inginkan dirimu datang dan temui aku. Kanku kutakan padamu, aku sangat mencintai dirimu” Tiba-tiba nada dering hp Naina dengan  lagu Dadali saat aku mencintaimu berbunyi. Ternyata Rizal yang memanggilnya.
            “Halo, asalamualaikum, Naina sekarang ada dimana?” suara Rizal di seberang sana menanyakan posisi Naina.
            “Waalaikum salam, nih, aku masih di kantin  lagi nyantai ma temen-temen”
            “Oh ya udah, lima menit lagi aku kasana yah” lanjut Rizal, saking tidak sabarnya untuk bertemu gadis manisnya, belum sempat Naina  mengiyakan  sambungan telepon dimatikan.
            Ternyata benar, selang lima menit Rizal datang, Naina masih bersama kawan-kawannya, kampus memang sudah terasa sepi, karena memang sudah menjelang pukul lima sore. hanya beberapa ruang yang masih menyelenggarakan perkuliah.
            “Niana, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan” ucap Rizal mengawali perbincangan.
            “Ada apa Zal, kok tumben?” Tanya Naina kebingungan, sama bingungnya ketika pertama kali Rizal mengulurkan tanganya dan memanggil namanya.
            “Aku hanya ingin mengatakan padamu, kalau selama ini bahkan semejak kita kelas dua SMA, aku memendam rasa yang berbeda padamu. Siang dan malam sosok manismu selalu hadir mengisi ruangku bahkan selalu mengisi memori virtualku, tak ada yang tahu akan rasa di hatiku ini, hanya aku dan Maha Dahsyat di atas langit sana. Mungkin jika aku harus melukiskannya, seluruh lertas dan kanvas yang ada tak cukup”
            Mendengar ungkapan tulus dari Rizal Naina sedikt kaget, tak menyangka begitu lama Rizal  memendam rasa padanya.  jantung Naina berdebar ketika akan menjawab dan memahami kata-kata Rizal. Ternyata yang ia rasakan tak bertepuk sbelah tangan. Akhirnya, Naina menemukan kata-kata singkat yang siap untuk menjawab ungkapan Rizal padanya.
            “Rizal, hatiku selama ini juga melukiskan namamu, aku tak mampu melewatkan waktu tanpamu”
***

            Senja memang menyimpan sejarah yang berbeda.  Sseperti senja yang begitu bermakana bagi Naina dan Rizal. Dengan saksi bisu waktu yang hanya berjalan dengan tubuhnya tanpa melodi suaranya, mereka akhirnya bersatu dalam ikatan rasa. Namun, biduk cinta tak selamanya indah dan mulus dalam perjalannya, walau mereka telah berjanji akan mencurahkan segala asa dan rasanya dengan terbuka. Namun, tidak hanya sekali mereka goyah dengan biduk cinta yang kini tengah di kayuhnya.
            Seperti sepertiga malam ini, ketika Naina tengah merampungkan sujudnya pada Sang Pemberi Nafas, tiba-tiba nada hpnya berdering, satu message tertera dilayar hpnya.
            “Ouw, ternyata cowok berengsek yang bernama Rizal yang membuatmu menjauhiku” sepontan Naina kaget dan sedikit emosi, ternyata sms yang datang adalah sms dengan nomor yang sama dalam empat hari ini menjelang  ia tidur, sms yang menjelek-jelekan dirinya dan Rizal. Naina ssengaja tidak mereplaynya, namun dengan gerakan halus Ia dan Rizal sudah mencoba menyelidikinya kesana kemari,  dan mencoba menanyakan pada kawan-kawan di kelasnya.
            Dan akhirnya, setelah ia menanyakan pada Lia, terkuak sudah siapa pengirim sms misterius yang sarat akan dendam itu, taernyata itu adalah nomor Rian, anak fakultas Bahasa, yang dulu pernah dekat dengan Naina dan semapat menyatkan ketertarikannya, namun Niana menolaknya dengan halus, karena karakter Riyan sangat berlawanan dengan karakternya. Rian adalah sosok yang keras dan perokok, ia juga sering membolos kuliah hanya untuk trek motor.
            “Askia, sebaiknya kamu biarkan saja kalau ia mengirim sms yang tidak sopan lagi, di khawatirkan ia tersinggung dan terjadi hal-hal yang tidak dinginkan" pesan Lia menasihati Naina.
            “Thanks, banget lho Lia, kamu sahabat yang penuh kepedulian”      ucap Naina, lalu ia memeluk Lia.
            Keadaan kampus terasa berbeda, semenjak Naina bersatu bersama Rizal, hari-harinya terasa terisi dengan indah, belum lagi kawan-kawannya laksana memberikan respect ucapan selamat pada mereka berdua.  Naina dan Rizal sama-sama berharap senyum dan ucapan mereka menjadi do’a untuk perjalanan mereka, agar mereka sampai pada tepi bersama biduk cinta yang kini tengah mereka kayuh dengan dayung cinta.
            Rizal berharap bersama Naina akan mencapai kekuatan menggapai tujuan hidupnya.karena ia yakin wajah manis dan sikap lembut terlebih Naina adalah wanita shalilah, akan melahirkan kecintaan yang maha dahsyat untuk hari ini esok dan seterusnya.














BIODATA PENULIS


· Siti Nur Azizah, atau kerap di sapa Cinunk Azizy lahir di Cilacap, 19 September 1991, adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. Karyanya terantologikan dalam Antologi Cerpen Lelaki yang Dibeli (STAIN Press, 2011), Antologi Puisi Pilar Penyair (Obsesi Press, 2011) Beberapa karyanya (cerpen remaja dan cerita anak) pernah dimuat di beberapa media seperti Tabloid Poin, Majalah An-Nur, Majalah Mayara, Soloposs, Radar Banyumas.
Menjadi Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional dalam bidang Ekonomi 2011 yang diadakan di Universitas Wahid Hasyim Semarang. Juara 2 Lomba Esai Tingkat Nasionla dengan Tema, Konservasi Lingkungan Berbasis Qur,ani  yang diadakan di Universitas Jenderal Soedirman 2011, Juara 3 Lomba Karya Tulis Ekonomi Islam Tingkat Nasional di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Juara Harapan I LKT Ekonomi Syariah Tingkat Nasional Secment 3rd 2010 di Universitas Negeri Semarang, serta Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah Se-Jawa tentang Kearifan Lokal 2010 di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
 Kini aktif menjadi penghuni RUMAH AJAIB, komunitas penulis dan peneliti sastra dan dunia anak di Purwokerto. Serta tergabung dalam sekolah kepenulisan di STAIN Purwokerto dan KSEI (Komunitas Study  Ekonomi Islam) di STAIN Purwokerto.
Alamat                        : Pon_Pes Al-Hidayah, Jl. Letjend Pol soemarto
 Karang Suci Purwokerto 53126
Email               : Cinunk_Azizy@yahoo.com
Hp                   : 085727213645
No. Rek           : 6673 Unit Bantarsari Ciilacap
                                    6673-01-007818-53-4
                                    Atas nama Siti Nur A



           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar