keDahsyatan Cinta Naina
Pancaran cahaya dari ufuk timur
menyinari hamparan bumi tanpa tepi. Langit tampak cerah. Sederet awan berlarian,
berkerjaran dengan kawan-kawannya. Menggerakan semangat manusia mengawali liku
kehidupan. Pagi ini sungguh berbeda dari pagi biasanya. Bisa dibilang luar
biasa dari hari-hari sebelumnya. Askia merasa bahagia. Sebuah rasa yang tak
bisa ditukar dengan lautan kata-kata. Setelah menerima telepon dari kawannya
bahwa ia diterima sebagai mahasiswa disalah satu Universitas ternama di
Purwokerto.
Hatinya
menjerit histeris bahagia. Namun, ia sedikit meragukan kabar terbarunya itu.
karena pada saat mengerjakan soal-soal tes masuk, ia kurang maksimal. Kini
hasilnya sungguh di luar dugaan. Mungkin ada kekuatan sepiritual yang menggerakan
tangannya dan mencerahkan pikirannya.
Ia
langsung bergegas ke kamar mandi dan kemudian berdandan. Dengan niatan setelah
rapih akan datang ke Universitas tersebut. Memastikan apakah dirinya masuk
dalam jajaran mahasiswa yang jadi nominasi.
Dari
kost ke kampus memakan waktu lebih dari lima belas menit. Dalam perjalanan,
Askia merasa sudah sangat tidak sabar. Waktu seolah berjalan begitu lambat.
Angkot yang ia tumpangipun sedikit terlamabat. Huft lengkap sudah penasaran
dalam hatinya. Untuk melihat pengumuman dari jarak yang dekat. Akhirnya,
setelah kepanasan dan menguasai hati yang tidak sabar, ia sampai juga.
Ternyata, pengumuman itu terpampang di depan gedung laboratatorium bahasa dekat gedung Rektorat. Dimana para birokrat
kampus menjalankan aktivitasnya.
Apa
yang dikatakan kawannya ternyata benar, nama Askia terpampang dalam daftar
pengumuman. Dia berada dalam nomor 082323038. Dengan nama lengkap Naina
Zainatus Syifa Askia. Dan diperkuat dengan nama asal daerahnya yaitu, Cilacap.
Secara
reflek, ia langsung menengadahkan rasa
syukurnya kepada Tuhan, tanpa memikirkan orang-orang yang berada di
kanan-kirinya ia menundukan wajahnya ke bumi. Melakukan sujud syukur. Saat
bersujud hati kecil Askia berucap “ Terimakasih Ya Tuhanku, Engkau telah
mengabulkan permintaanku dan membalas jerih payahku dengan nikmat kebahagiaan
lantaran diterima untuk meniti pendidikan yang lebih tinggi” itulah
rangkaian kata tulus dari hati Askia sebagai rasa syukur pada Tuhan.
***
Kini,
Askia telah kuliah di Universitas favorit, yang tak semua mahasiswa bisa masuk di Universitas tersebut. Sebuah
Universitas yang kata orang menyimpan sejuta harapan masa depan untuk
mahasiswa-mahasisiwinya.
Tapi
pernyataan itu sebenaranya tidak mutlak benar. Bahkan bisa saja salah. Mungkin
seorang yang lulus dari Universitas pinggiran, tetapi bisa sukses
mengaplikasikan ilmunya dalam bekerja. Maindset masyarakat selama ini menilai
sebuah lembaga pendidikan berbekal ketenaran semata. Output tak begitu
besar pengaruhnya. Atau kemungkina hanya faktor gengsi hingga mendaftarkan
anaknya di Perguruan Tinggi ternama.
Agar bisa dikatakan wah oleh masyarakat sekitarnya. Sebenarnya,
kesuksesan mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh kebesaran Universitasnya, tapi
juga diimbangi oleh semangat belajar dalam mengembangkan kreativitas dan skill
yang dimilikinya semasa di bangku kuliah.
Hari-hari
pertama masuk kuliah begitu menyaenangkan. Begitu banyak hal baru yang Askia
dapatkan. Sejak dari masa ospek hingga merambah pada bernbagai aktivitas
organisasi di jalani Askia dengan semangat yang memancar penuh keceriaan.
Kenalan demi kenalan dengan kawan baru mengalir begitu cepat. Berbagai keunikanpun
berkumpul menjadi satu. Dari segi bahasa dan budaya yang sekarang bersatu dalam
bahasa Indonesia terlihat begitu rukunnya. Walaupun kawan-kawan berasal dari
berbagai daerah seperti Maluku, riau, bandung bahkan lampungpun ada. Bahkan
tidak sedikit mahasiswa yang berasal dari negara manca, menimba ilmu di Kota
Satria itu. semua saling mengenal dan membaur dari rangkaian ospek hingga
hari-hari kuliah berlangsung.
Tiba-tiba,
di sela-sela kepadatan kuliah, belum lagi harus disibukan dengan organisasi
intera kampus, ada sosok yang muncul. Ia adalah seorang cowok. Dan yang membuat
Askia kaget adalah sosok cowok itu ternyata mengenalnya.
Saat itu, Askia tengah duduk di boulevard
kampus membaca materi-materi kuliah yang satu jam lagi akan di paparkan oleh
dosen. Tiba-tiba saja cowok yang berparas tampan dan berkulit putih
mendekatinya dan mengulurkan tangannya sambil berucap; “Hai apa kabar Naina?”
Askia sangat kaget, hatinya pun berkecamuk bingun. Tanpa satu katapun sebagai
jawaban yangmuncul dari bibir tipisnya. Meski ia tahu, panggilan Naina adalah
panggilan ketika ia masih SMA dulu. Tapi yang ia bingungkan mengapa laki-laki
yang kini ada di hadapannya mengenal nama panggilannya, bahkan dahulu panggilan
itu hanya untuk kawan-kawan satu ganknya.
“Hai,
apa kabar Naina Zainatus Syifa Askia?” cowok itu kembali mengajukan pertannyaan
disertai nama lengkap Askia.
“Naina,
kok pertanyaanku gak dijawab sich, jangan-jangan kamu sudah lupa sama aku?”
lanjut cowok itu dengan nada tegas.
“Kamu
benar-benar lupa yah sama aku? Aku Rizal teman kamu waktu SMA di Kebumen dulu,
tapi aku dulu kelas 3IS 3 (tiga IPS 3). Rizal menjelaskan panjang lebar
identitasnya. Seraya memandang wajah bingung Naina yang terlihat masih
menyimpan rasa penasaran.
Dulu,
ketika ia SMA, sekolahnya adalah termasuk sekolah favorit juga. Hingga banyak
kelas untuk berbagai jurusan. Untuk jurusan IS saja, ada Sembilan kelas. Naina
menempati kelas 3 IS 1, jadi mereka wajar saja kalau tidak begitu saling kenal
terlebih akrab. Selain itu, Naina juga bukabn termasuk siswa yang aktif dalam
organisasi intera sekolah maupun segudang kegiatan lainnya. Satu-satunya yang menonjol
darinya ia adalah salah satu siswa yang jago dalam mata pelajaran akuntansi dan
ekonomi, beberapa olimpiade pernah ia menagkan.
Setelah
mendengarkan jawaban dari Rizal, akhirnya keluar juga jawaban Naina.
“Alhamdulilah
baik, bagaimana kabarmu Rizal?” jawab Naina demgan sedikit terbata-bata.
“Kamu
daftar di sini Naina?”Tanya Rizal serius dengan menggunakan sapaan akrab Naina
sewaktu di SMA dulu. Naina hanya
mengangguk-angguk tanda mengiyakan atas pertanyaan Rizal.
“Naina,
maafkan aku yah, tadi sempat membuatmu kaget, ketika pertama kali aku
menyapamu” ucap Rizal sedikit merasa tidak enak.
“Oh,
tidak apa-apa, tadi aku hanya kaget saat kamu mengulurkan tangan dan menyebut
nama panggilanku ketika di SMA. Tapi it’s ok! Aku malah senang kita bisa
bertemu di sini walau dulu kita satu sekolah dan tidak saling kenal dan
akhirnya ketemu di sini jadi bisa kenal, sekalian itung-itung reunian gitu”
jawaban Naina sekaan membuat hati Rizal berbunga-bunga, seolah kehadiranya
membuat Naina senang dan memberikan kesan yang mendalam.
Seiring
berjalannya waktu, komunikasi mereka terjalin dengan lancar, merekapun kini
menjadi sangat akrab seolah mengingatkan aura kehangatan sewaktu di SMA. Sesuai daftar, merekapun masuk dalam fakultas
yang sama yaitu Fakultas Ekonomi.
Semenjak
di boulevard kampus itu, kedekatan mereka mulai terbangun, bahkan tidak jarang
mereka jalan bersama, makan bersama dan belajar bersama. Ketika menjelang
tidurpun kini Rizal sering sekali mengirim sms hanya untuk sekedar memberinya
perhatian sebagai pengantar di pelataran mimpi. Dengan harapan mimpi indah.
Begitu
pula Naina, yang selalu merespect semua perhatian Rizal, sms selalu ia balas,
ajakan makannya selalu ia terima dan belajar bersamapun sering ia lakukan
bersama Rizal. Semua itu ia lakukan dengan nada yang mengarah pada kenyamanan.
Kebersamaan
demi kebersamaan mereka jalani hingga menumbuhkan kehangatan yang tak ternilai.
Seakan-akan tumbuh keharmonisan layaknya seorang pasangan. Padahal diantara
keduanya tidak terjalin hubungan yang sepesial tapi rasa di hati mereka
masing-masing menyimpan sesuatu yang sepesial.
Hati
kecil Rizal selalu gundah dan lama-kelamaan tidak bisa dibohongi, bahwa ia
terpikat dengan sosok Naina yang begitu mempesona. Setiap malam menjelang tidur, wajah Naina
selalu menari-nari dalam fikirannya, seakan wanita manis dan lembut itu hadir
memenuhi ruang kamarnya. Membuat Rizal semakin gelisah menjemput mimpinya. Sebenarnya,
rasa yang kini meliuk-liuk dalam hatinya, tidak hanya tumbuh semenjak di
boulevard kampus siang itu, namun rasa itu tumbuh semenjak mereka masih
sama-sama duduk di bangku kelas dua SMA. Sungguh lebih dari dua tahun silam
rasa itu masih menggelayut dan tertata rapi dalam hati terdalamnya.
Hanya
satu yang kini ada di benak Rizal, bertemu dan mengungkapkan semua rasanya pada
Naina. Sayang sekali, waktu berjalan dengan semua kepadatan kegiatannya. Kuliah
dan belum lagi organisasi yang menuntut tenaga dan pikiran. Tapi sore ini,
Rizal bertekad untuk mengajak Niana bertemu, karena ia tahu Naina tidak ada jam
kuliah.
“Aku
inginkan dirimu datang dan temui aku. Kanku kutakan padamu, aku sangat
mencintai dirimu” Tiba-tiba nada dering hp Naina dengan lagu Dadali saat aku mencintaimu berbunyi.
Ternyata Rizal yang memanggilnya.
“Halo,
asalamualaikum, Naina sekarang ada dimana?” suara Rizal di seberang sana
menanyakan posisi Naina.
“Waalaikum
salam, nih, aku masih di kantin lagi
nyantai ma temen-temen”
“Oh
ya udah, lima menit lagi aku kasana yah” lanjut Rizal, saking tidak sabarnya
untuk bertemu gadis manisnya, belum sempat Naina mengiyakan sambungan telepon dimatikan.
Ternyata
benar, selang lima menit Rizal datang, Naina masih bersama kawan-kawannya,
kampus memang sudah terasa sepi, karena memang sudah menjelang pukul lima sore.
hanya beberapa ruang yang masih menyelenggarakan perkuliah.
“Niana,
ada sesuatu yang ingin aku sampaikan” ucap Rizal mengawali perbincangan.
“Ada
apa Zal, kok tumben?” Tanya Naina kebingungan, sama bingungnya ketika pertama
kali Rizal mengulurkan tanganya dan memanggil namanya.
“Aku
hanya ingin mengatakan padamu, kalau selama ini bahkan semejak kita kelas dua
SMA, aku memendam rasa yang berbeda padamu. Siang dan malam sosok manismu
selalu hadir mengisi ruangku bahkan selalu mengisi memori virtualku, tak ada
yang tahu akan rasa di hatiku ini, hanya aku dan Maha Dahsyat di atas langit
sana. Mungkin jika aku harus melukiskannya, seluruh lertas dan kanvas yang ada
tak cukup”
Mendengar
ungkapan tulus dari Rizal Naina sedikt kaget, tak menyangka begitu lama Rizal memendam rasa padanya. jantung Naina berdebar ketika akan menjawab
dan memahami kata-kata Rizal. Ternyata yang ia rasakan tak bertepuk sbelah
tangan. Akhirnya, Naina menemukan kata-kata singkat yang siap untuk menjawab
ungkapan Rizal padanya.
“Rizal,
hatiku selama ini juga melukiskan namamu, aku tak mampu melewatkan waktu
tanpamu”
***
Senja
memang menyimpan sejarah yang berbeda.
Sseperti senja yang begitu bermakana bagi Naina dan Rizal. Dengan saksi
bisu waktu yang hanya berjalan dengan tubuhnya tanpa melodi suaranya, mereka
akhirnya bersatu dalam ikatan rasa. Namun, biduk cinta tak selamanya indah dan
mulus dalam perjalannya, walau mereka telah berjanji akan mencurahkan segala
asa dan rasanya dengan terbuka. Namun, tidak hanya sekali mereka goyah dengan
biduk cinta yang kini tengah di kayuhnya.
Seperti
sepertiga malam ini, ketika Naina tengah merampungkan sujudnya pada Sang
Pemberi Nafas, tiba-tiba nada hpnya berdering, satu message tertera
dilayar hpnya.
“Ouw,
ternyata cowok berengsek yang bernama Rizal yang membuatmu menjauhiku”
sepontan Naina kaget dan sedikit emosi, ternyata sms yang datang adalah sms
dengan nomor yang sama dalam empat hari ini menjelang ia tidur, sms yang menjelek-jelekan dirinya
dan Rizal. Naina ssengaja tidak mereplaynya, namun dengan gerakan halus Ia dan
Rizal sudah mencoba menyelidikinya kesana kemari, dan mencoba menanyakan pada kawan-kawan di
kelasnya.
Dan
akhirnya, setelah ia menanyakan pada Lia, terkuak sudah siapa pengirim sms
misterius yang sarat akan dendam itu, taernyata itu adalah nomor Rian, anak
fakultas Bahasa, yang dulu pernah dekat dengan Naina dan semapat menyatkan
ketertarikannya, namun Niana menolaknya dengan halus, karena karakter Riyan
sangat berlawanan dengan karakternya. Rian adalah sosok yang keras dan perokok,
ia juga sering membolos kuliah hanya untuk trek motor.
“Askia,
sebaiknya kamu biarkan saja kalau ia mengirim sms yang tidak sopan lagi, di
khawatirkan ia tersinggung dan terjadi hal-hal yang tidak dinginkan" pesan
Lia menasihati Naina.
“Thanks,
banget lho Lia, kamu sahabat yang penuh kepedulian” ucap Naina, lalu ia memeluk Lia.
Keadaan
kampus terasa berbeda, semenjak Naina bersatu bersama Rizal, hari-harinya
terasa terisi dengan indah, belum lagi kawan-kawannya laksana memberikan
respect ucapan selamat pada mereka berdua.
Naina dan Rizal sama-sama berharap senyum dan ucapan mereka menjadi do’a
untuk perjalanan mereka, agar mereka sampai pada tepi bersama biduk cinta yang
kini tengah mereka kayuh dengan dayung cinta.
Rizal
berharap bersama Naina akan mencapai kekuatan menggapai tujuan hidupnya.karena
ia yakin wajah manis dan sikap lembut terlebih Naina adalah wanita shalilah,
akan melahirkan kecintaan yang maha dahsyat untuk hari ini esok dan seterusnya.

BIODATA PENULIS
· Siti
Nur Azizah, atau kerap di sapa Cinunk Azizy lahir di Cilacap, 19 September 1991, adalah Mahasiswa
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. Karyanya terantologikan dalam Antologi Cerpen
Lelaki yang Dibeli (STAIN Press, 2011), Antologi Puisi Pilar Penyair (Obsesi
Press, 2011) Beberapa karyanya (cerpen remaja dan cerita
anak) pernah dimuat di beberapa media seperti Tabloid Poin, Majalah An-Nur, Majalah
Mayara, Soloposs, Radar Banyumas.
Menjadi
Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional dalam bidang
Ekonomi 2011 yang diadakan di Universitas Wahid Hasyim Semarang. Juara 2 Lomba
Esai Tingkat Nasionla dengan Tema, Konservasi Lingkungan Berbasis Qur,ani yang diadakan di Universitas Jenderal
Soedirman 2011, Juara 3 Lomba Karya Tulis Ekonomi Islam Tingkat Nasional di
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Juara Harapan I LKT Ekonomi Syariah Tingkat
Nasional Secment 3rd 2010 di Universitas Negeri
Semarang, serta
Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah Se-Jawa tentang Kearifan Lokal 2010
di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kini aktif menjadi penghuni RUMAH
AJAIB, komunitas penulis dan peneliti sastra dan dunia anak di Purwokerto.
Serta tergabung dalam sekolah kepenulisan di STAIN Purwokerto dan KSEI
(Komunitas Study Ekonomi Islam) di STAIN Purwokerto.
Alamat : Pon_Pes Al-Hidayah,
Jl. Letjend Pol soemarto
Karang Suci Purwokerto 53126
Email : Cinunk_Azizy@yahoo.com
Hp :
085727213645
No.
Rek : 6673 Unit Bantarsari
Ciilacap
6673-01-007818-53-4
Atas nama Siti Nur A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar