Semangat.....

Success Will Never come to you but you must search it.....

Rabu, 22 Februari 2012

Puisi

Sajak 18 november

Penjara
Bila tatapku kau kurung serapat ini
Jangan marah bila matamu kusebut penjara
Karena kutahu pasti kau yang seperti ini,
Hingga kedepan dan seterusnya
Cinta mula-mula kau anggap keputusan hukum bagiku

Tinta
Aku selalu rindu menyamar tinta, menati jemarimu menyentuh
dan meninggalkan sepenggal harapan
pun tanganmu yang lincah, jua mengajaku mengukir
sejuta asamu, yang kau titipkan dalam jantung sungsangku
aku selalu rindu menyamar menjadi kertas
yang selalu menyimpan taburan senyumu,
habis-habisan kubentukn tubuhku serupa tinta
bahkan bersusah menjadi kertas
meski sekujur tubuhku lusuh
tetap menjadi krinduan yang terpenjara
“Fa”
Fa,
Aku letakan hatimu di atas tanganku
Dan di atas tangan-tangan para pendo’a
Yang merangkai sair-sair suci,

Air Mata Hujan
Keliaran nasib menyesak dalam sunyi batinku
Pun telah berpisah dengan keriangan
Dan mengembara
Di sudut-sudut jalan hingga atap-atap
Menjadi seperti seekor nyamuk tak diharapkan
Taqdirku,
Hingga ketika aku datang,
Tertutup semua pintu bahkan jendela, seolah
Aku tak berharga, hanya menetes sunyi batin lara
Di ujung senja, di ambang jendela kamarmu




Terasing dalam Tatapmu
Langkah yang seringan bayu,
Berpendar cahaya hati yang lapang
Kutuju pintu-pintu dan jendelamu
            “adakah rindu seringan udara yang tak berpalang?”
Ah, terasing rasanya
Disish-risihkan karena tak punya nyala seperi nyala dalam matamu

Di Sudut  Bogor
Di sudut bogor itu,
Aku menemukanmu yang sedang memeluk jiwa sunyi
Lalu bergantian memeluk ruh-ruh malam
Melamun berjalan sendiri
Dalam penat, dalam sepi
Merobek kegelapan
Jiwaku lapar, lalu menghampiri dan ingin menyapa sepimu
Siapa tahu aku mampu mengunyah sendirimu dan menelan sepimu
Dalam keheningan perkasa,



Dunia dalam Hatimu
Mana dunia yang kau sebut semakin jauh,
Bisa kulihat dalam hatimu
Setiap hari, bertaman indah, menjanjikan kemerahan

Mana dunia yang kau sebut semakin jauh,
Bisa kupandang dalam hatimu
Serupa kupu-kupu berterbangan, menari bersama bayu
Tapi kau bilang semakin jauh-jauh
hingga tak perlu lagi aku bersusah datang,

dan Malam.,
dan malam datang,
menyapa pada anak-anak kantuknya
kuburkan aku dalam balutan harapannya,
jika fajar tiba esok, aku masih dalam keinginannya,
walau tidak nyata inginku dan inginmu,




Hati yang Telanjang
Ini janin untukmu dari rahim kejujuran
Mengapa tak kau biarkan ia tumbuh hingga dewasa,
Lalu kau cumbu dengan cinta
Hingga bisa menghitung dan membaca

Ini janin telah kau gugurkan,
Telanjangi semua hingga hatiku
Yang merasa panas telah kau robek dan cincang

Agar tak sampai hatimu dan telingamu
yang kau sediakan untuk janin yang telah kau titipkan selain aku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar