Semangat.....

Success Will Never come to you but you must search it.....

Rabu, 22 Februari 2012

Puisi


SEKATEN


Telah ditalu bedug tadi siang
Telah ditabuh gamelan menjelang malam
Telah ditata serupa macam hidangan di atas loyang-loyang
Orang-orangpun berdatangan walau dengan paras semu
Cakap-cakap pun panjang tentang sejarahnya masa lalu

Suatu yang biasa digelar tapi senantiasa betapa misteri
Ketika sebuah riwayat dan keharusan tiba-tiba diam
Kitapun sedu dan terpekur dalam arti yang dalam
Dalam kenangan dan pengharapan

Alangkah papanya kata seseorang  dia yang pergi
Kepapaan yang menghanyutkan kepapaan yang menegarakan
Kebahagiaan kita kataku ketika menyatu bersama gamelan

Ini perarakan, ini sebuah pasar malam
yang menjanjikan kebersamaan di lubang-lubang  yang menjadi dasar perhitungan
ini perarakan, ini sebuah pasar malam
yang mengingatkan tentang hukum-hukum masa silam
tentang kewajiban dari peradaban demi peradaban

ini  perarakan sebuah khotbah masa lalu
yang mengajak berkemas-kemas bersama
sebelum perarakan lain tiba.

Purwokerto, 3 Desember 2011


Bulan di Cermin

Malam ungu
Rembulan bercermin di langit kotaku
Angin lamban mendesirkan suara lembut dan lunak
Sesayup kasih-Nya dihati yang penuh cinta

Tetap saja tarian itu berlabuh menyatu bersama gamelan
Yang katanya mengiring malam di pinggir keraton-keraton bersama sejarah semakin kabur

Tapi lihatlah, bulan itu tetap saja mau bercermin di atas kotaku
Bertapak teguh kesyahduannya
Memuja dan memuji_Nya
Masih di atas kotaku
Dimana pelbagai bangsa pernah bersatu, begitu lirihnya tapi tiba-tiba hilang ditelan angin yang mendesir

Bulan yang bercermin di langit kotaku itu,
Masih bulat menyaksikan gamelan yang merangkai sejarah silam
Bersama tangan yang dilenggok-lenggokan
Ah, terlihat semakin tidak kewes saja memang,
Atau hanya sebuah ritual yang menipu mata telanjang bulan di atas langit kotaku itu?
Bulan yang bercermin di atas kotaku
Begitu lamban dan seni

Cilacap, 5 Agustus 2011


Mengenang Monumen Jogja Kembali

 Di antara kita sudah tidak lagi ada tanda baca
Di antara kita masih dapatkah saling mengenali?
Sedang dari jarak dan waktu sekian lamanya terbentang

Kau telah lama berubah
Seperti menjadi dirimu sendiri

Sedang aku masih mencari siapa diriku ini
Yang selalu saja ragu dengan keakuanku ini
Kita memang tidak dapat bersatu menjadi barisan dalam satu kalimat
Untuk mempertemukan sejarahku dan sejarahmu

Tapi dulu “dia” dapat mencatat sejarahmu
Telah terukir dengan tinta kuning serupa emas sejarah
Sedang kini aku kikuk menjadi serba salah di hadapanmu
Betapa tiba-tiba kau menyobek secarik kertas
Katamu “ tulislah sejarahmu sendiri

Purwokerto, Januari 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar