Degradasi Pendidikan Indonesia
Oleh: Cinung Azizy
STAIN Purwokerto
Urgensi pendidikan sebagai pilar pembangunan sebuah bangsa tidak
pernah diperdebatkan lagi secara diametral. Tidak ada pro kontra soal ini.
Demikian halnya di Indonesia. Namun, begitu masuk kedalam aras yang lebih
teknis, terjadi tarik ulur. Soal filososfis, konsepsi, penyelenggaraan,
pendanaan dan aspek tekniklainnya mewujud isu yang terus aktual didialektikan.
Seiring dengan itu, dunia pendidikan kita sebenarnya sedang dihadapkan pada ancaman
globalisasi. Salah satunya yang kasat mata adalah fenomena brain drain,
yakni bermigrasinya intelektual-intelektual cerdas domestik ke luar negeri.
Selain itu, juga semakin tergeruasnya
identitas nasional bangsa kita.
Bicara tentang
pendidikan sama saja membicarakan tentang kehidupan. Pasalnya, pendidikan
adalah proses yang dilakukan oleh setiap individu manusia kearah yang lebih
baik sesuai dengan potensi kemanusiaan. Proses ini hanya berhenti ketika nyawa
sudah dalam liang dan tak lagi bersatu dengan jasad. Karena itu, setiap
komponen yang ada di lembaga pendidikan, baik itu dasar, menengah maupun
tinggi, harus memiliki kemampuan untuk menerima akses masyarakat tanpa
terkecuali, lepas dari kasta-kasta yang ada sehingga proses menuju kebaikan dapat
berjalan dengan baik sebagai mana mestinya.
Pada dekade-dekade
akhir-akhir ini Nampak adan fenomena dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk
dalam dunia pendidikan tersebut. Yaitu, bahwa pemikiran-pemikiran yang mendasar
dan komprehensif terpinggirkan dan direduksi sehingga yang mengemuka cenderung
lebih bersifat ekonomis teknis. Pemikiran-pemikiran yang bersifat ekonomis
teknis tersebutlebih dipandang dapat menjawab permasalahan-permasalahan
kehidupan (pendidikan) padahal akar permasalahan lebih bersifat mendasar dan
komprehensif. Dalam pendidikan nasional kita, berbagai upaya pembaharuan
pendidikan Nampak lebih cenderung bersifat tambal sulam dan parsial tanpa
bingkai yang jelas, padahal tujuan atau muara penyelenggaraan pendidikan
nasional tidak boleh menyimpang darifalsafah dan tujuan pendidikan
nasional.
Nampaklah jelas,
bahwa pendidikan bangsa kita hari ini tengah mengalami keterpurukan yang
menyebabkan terombang-ambingnya tujuan pendidikan itu sendiri. Sehingga, perlu
adanya setrategi rekontruksi pendidikan bagi bangsa kita, agar nantinya tidak
ada akibat yang menyebabkan penyesalan yang berkepanjangan.
Rekontruksi Pendidikan
Indonesia
Memandang kondisi persoalan
pendidikan bangsa kita, M. Sastrapratedja (2001) memandang pentingnya pendidikan
sebagain humanisasi, dan Tilaar (2005) memandang perlunya manifesto
pendidikan nasional, sebagai upaya pendidikan nasional dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa dalam mencapai cita-cita nasional secara bertahap dapat
diwujudkan. Untuk itu, filososfi pendidikan nasional Indonesia perlu
dirumuskan.
Selain itu,
pendidikan merupakan fenomena insani (Dr)iyakarya, 1980), sehingga pendidikan
merupakan fenomena insani bagai bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan, adalah “To
Inprove man as man” M Hutchsin (1953), sehingga menjadikan manusia yang
dapat melaksanakan hidupnya dalam pertemuan dan pergaulan dengan sesama di
dunia, serta hubungannya dengan Tuhan.
Melihat dari Tujuan
pendidikan yang diungkap oleh para pakar pendidikan, yang penulis tangkap
adalah sebenarnya pendidikan Indonesia perlu melakukan agenda terpenting yaitu,
perlunya melakukan pembenahan terhadap Visi pendidikan yang mengacu ke masa
depan dengan tidak menghilangkan falsafah pendidikan asli Indonesia. Pendidikan
membekali anak-anak agarmereka siap menghadapi apapun yang ada di depan.
Pandidikan harus memberikan alternative-alternatif bukannya dogma-dogma seperti yang akhir-akhir
ini masyarakat bangsa Indonesia rasakan.
Salah satunya yaitu
adanya Dekastanisasi pendidikan. Yaitu adanya pemisahan antara masyarakat kelas
menengah atas dan masyarakat kelas menengah bawah atu bahkan masyarakat kelas
bawah. Mengaca pada isu yang merebak selama ini secara terus menerus adalah
pendidikan tidak terjangkau oleh orang miskin. Bahkan muncul slogan, si miskin
dilarang sekolah atau kuliah. sekolah atau kuliah hanya milik mereka “Orang
Kaya”.
Alasan utama yang
diungkap masyarakat tersebut adalah bahwa pendidikan sangat mahal. Setigma ini
sudah sangat melekat di masyarakat. Bahkan, Mahkamah Konstitusi menggunakan dalih
pendidikan mahal ini untuk membatalkan undang-undang badan hokum pendidikan.
tampak jelas, pendidikan yang mahal ini yang memicu adanya kastanisasi
pendidikan serta menyebabkan tergerusnya tujuan pendidikan dan falsafah
pendidikan bangsa Indonesia ini.
Selain itu, hal
yang merebak dalam masyarakat akhir-akhir ini yang juga mnyebabkan tercorengnya
pendidikan Indonesia adalah adanya transaksional pendidikan. Dimana terminology transaksional pendidikan pernah
diekspos TW Moore. Dalam Introduccion a la filosofia de la Educacion (1987) dimana ia mengatakan bahwa
pendidikan sering dipahami secara keliru. Ibarat jual beli, guru yang
(diandaikan) memiliki keunggulan pengetahuan dan keilmuan serta pengalaman
menawarkan kepada siswa. Guru menjadi penjual informasi dan murid menjadi
pembelinya. Hal inilah juga yang penulis ungkapkan bahwa dalam pendidikan telah
merebak pemikiran ekonomi teknis.
Dualisme fenomena
diatas, menjadi pemicu degradasi pendidikan bangsa kita. Sehingga, perlu
diterapkannya reformasi strategis yang sifatnya menyeluruh dan dilakukan secara
intensif, tidak hanya dalam pendidikan tin teggi tapi harusdimulai dari
pendidikan tingkat dasar bahkan bila perlu tingkat pendidikan usia dini. Agar
nantinya peran pendidikan sebagai pilar bangsa ini kembali pada tujuan awal dan
tetap berdiri dengan filosofnya,
berbarengan dengan peran pemerintah maupun para tekhnisi pendidikan
dengan satu tujuan yaitu mengembalikan citra bangsa Indonesia sebaghai bangsa
yang kaya akan segalanya: Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia.
***
*
Cinung Azizy yang bernama lengkap Siti Nur Azizah adalah mahasiswi STAIN Purwokerto, semester 6
jurusan Syariah Ekonomi Islam. Kini aktif dalam Sekolah Kepenulisan
STAIN Purwokerto serta aktif sebagai penghuni RUMAH AJAIB, yaitu komunitas penulis dan peneliti sastra di
Purwokerto. Tulisan-tulisannya pernah di publikasikan di Harian Solopos, majalah Obsesi, majalah An-Nur, majalah
Mayara serta pernah menjadi juara
harapan 2 lomba karya tulis ilmiah
sejawa yang diadakan di UNS Solo, menjadi juara harapan 1 lomba karya tulis
Ekonomi Syariah tingkat nasional yang diadakan di UNNES.
Kini
penulis tinggal di Ponpes Al-Hidayah Karang Suci Purwokerto.
No telp :
085727213645
Email:
Cinunk_Azizy@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar