Semangat.....

Success Will Never come to you but you must search it.....

Selasa, 21 Februari 2012

essay


Degradasi Pendidikan Indonesia
Oleh: Cinung Azizy
STAIN Purwokerto


            Urgensi pendidikan sebagai pilar pembangunan sebuah bangsa tidak pernah diperdebatkan lagi secara diametral. Tidak ada pro kontra soal ini. Demikian halnya di Indonesia. Namun, begitu masuk kedalam aras yang lebih teknis, terjadi tarik ulur. Soal filososfis, konsepsi, penyelenggaraan, pendanaan dan aspek tekniklainnya mewujud isu yang terus aktual didialektikan. Seiring dengan itu, dunia pendidikan kita sebenarnya sedang dihadapkan pada ancaman globalisasi. Salah satunya yang kasat mata adalah fenomena brain drain, yakni bermigrasinya intelektual-intelektual cerdas domestik ke luar negeri. Selain itu, juga  semakin tergeruasnya identitas nasional bangsa kita.
            Bicara tentang pendidikan sama saja membicarakan tentang kehidupan. Pasalnya, pendidikan adalah proses yang dilakukan oleh setiap individu manusia kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaan. Proses ini hanya berhenti ketika nyawa sudah dalam liang dan tak lagi bersatu dengan jasad. Karena itu, setiap komponen yang ada di lembaga pendidikan, baik itu dasar, menengah maupun tinggi, harus memiliki kemampuan untuk menerima akses masyarakat tanpa terkecuali, lepas dari kasta-kasta yang ada sehingga proses menuju kebaikan dapat berjalan dengan baik sebagai mana mestinya.
            Pada dekade-dekade akhir-akhir ini Nampak adan fenomena dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan tersebut. Yaitu, bahwa pemikiran-pemikiran yang mendasar dan komprehensif terpinggirkan dan direduksi sehingga yang mengemuka cenderung lebih bersifat ekonomis teknis. Pemikiran-pemikiran yang bersifat ekonomis teknis tersebutlebih dipandang dapat menjawab permasalahan-permasalahan kehidupan (pendidikan) padahal akar permasalahan lebih bersifat mendasar dan komprehensif. Dalam pendidikan nasional kita, berbagai upaya pembaharuan pendidikan Nampak lebih cenderung bersifat tambal sulam dan parsial tanpa bingkai yang jelas, padahal tujuan atau muara penyelenggaraan pendidikan nasional tidak boleh menyimpang darifalsafah dan tujuan pendidikan nasional. 
            Nampaklah jelas, bahwa pendidikan bangsa kita hari ini tengah mengalami keterpurukan yang menyebabkan terombang-ambingnya tujuan pendidikan itu sendiri. Sehingga, perlu adanya setrategi rekontruksi pendidikan bagi bangsa kita, agar nantinya tidak ada akibat yang menyebabkan penyesalan yang berkepanjangan.
            Rekontruksi Pendidikan Indonesia

          Memandang kondisi persoalan pendidikan bangsa kita, M. Sastrapratedja (2001) memandang pentingnya pendidikan sebagain humanisasi, dan Tilaar (2005) memandang perlunya manifesto pendidikan nasional, sebagai upaya pendidikan nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dalam mencapai cita-cita nasional secara bertahap dapat diwujudkan. Untuk itu, filososfi pendidikan nasional Indonesia perlu dirumuskan.
            Selain itu, pendidikan merupakan fenomena insani (Dr)iyakarya, 1980), sehingga pendidikan merupakan fenomena insani bagai bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan, adalah “To Inprove man as man” M Hutchsin (1953), sehingga menjadikan manusia yang dapat melaksanakan hidupnya dalam pertemuan dan pergaulan dengan sesama di dunia, serta hubungannya dengan Tuhan.
            Melihat dari Tujuan pendidikan yang diungkap oleh para pakar pendidikan, yang penulis tangkap adalah sebenarnya pendidikan Indonesia perlu melakukan agenda terpenting yaitu, perlunya melakukan pembenahan terhadap Visi pendidikan yang mengacu ke masa depan dengan tidak menghilangkan falsafah pendidikan asli Indonesia. Pendidikan membekali anak-anak agarmereka siap menghadapi apapun yang ada di depan. Pandidikan harus memberikan alternative-alternatif  bukannya dogma-dogma seperti yang akhir-akhir ini masyarakat bangsa Indonesia rasakan.
            Salah satunya yaitu adanya Dekastanisasi pendidikan. Yaitu adanya pemisahan antara masyarakat kelas menengah atas dan masyarakat kelas menengah bawah atu bahkan masyarakat kelas bawah. Mengaca pada isu yang merebak selama ini secara terus menerus adalah pendidikan tidak terjangkau oleh orang miskin. Bahkan muncul slogan, si miskin dilarang sekolah atau kuliah. sekolah atau kuliah hanya milik mereka “Orang Kaya”.
            Alasan utama yang diungkap masyarakat tersebut adalah bahwa pendidikan sangat mahal. Setigma ini sudah sangat melekat di masyarakat. Bahkan, Mahkamah Konstitusi menggunakan dalih pendidikan mahal ini untuk membatalkan undang-undang badan hokum pendidikan. tampak jelas, pendidikan yang mahal ini yang memicu adanya kastanisasi pendidikan serta menyebabkan tergerusnya tujuan pendidikan dan falsafah pendidikan bangsa Indonesia ini.
            Selain itu, hal yang merebak dalam masyarakat akhir-akhir ini yang juga mnyebabkan tercorengnya pendidikan Indonesia adalah adanya transaksional pendidikan. Dimana  terminology transaksional pendidikan pernah diekspos TW Moore. Dalam Introduccion a la filosofia de la Educacion  (1987) dimana ia mengatakan bahwa pendidikan sering dipahami secara keliru. Ibarat jual beli, guru yang (diandaikan) memiliki keunggulan pengetahuan dan keilmuan serta pengalaman menawarkan kepada siswa. Guru menjadi penjual informasi dan murid menjadi pembelinya. Hal inilah juga yang penulis ungkapkan bahwa dalam pendidikan telah merebak pemikiran ekonomi teknis.
            Dualisme fenomena diatas, menjadi pemicu degradasi pendidikan bangsa kita. Sehingga, perlu diterapkannya reformasi strategis yang sifatnya menyeluruh dan dilakukan secara intensif, tidak hanya dalam pendidikan tin teggi tapi harusdimulai dari pendidikan tingkat dasar bahkan bila perlu tingkat pendidikan usia dini. Agar nantinya peran pendidikan sebagai pilar bangsa ini kembali pada tujuan awal dan tetap berdiri dengan filosofnya,  berbarengan dengan peran pemerintah maupun para tekhnisi pendidikan dengan satu tujuan yaitu mengembalikan citra bangsa Indonesia sebaghai bangsa yang kaya akan segalanya: Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia.
***
















          * Cinung Azizy yang bernama lengkap Siti Nur Azizah adalah mahasiswi STAIN Purwokerto, semester 6 jurusan Syariah Ekonomi Islam. Kini aktif dalam Sekolah Kepenulisan STAIN Purwokerto serta aktif sebagai penghuni RUMAH AJAIB, yaitu komunitas penulis dan peneliti sastra di Purwokerto. Tulisan-tulisannya pernah di publikasikan di Harian Solopos,  majalah Obsesi, majalah An-Nur, majalah Mayara serta pernah  menjadi juara harapan 2  lomba karya tulis ilmiah sejawa yang diadakan di UNS Solo, menjadi juara harapan 1 lomba karya tulis Ekonomi Syariah tingkat nasional yang diadakan di UNNES.
          Kini penulis tinggal di Ponpes Al-Hidayah Karang Suci Purwokerto.
            No telp            : 085727213645
Email: Cinunk_Azizy@yahoo.com





Tidak ada komentar:

Posting Komentar