Semangat.....

Success Will Never come to you but you must search it.....

Selasa, 21 Februari 2012

essay

PENGEMBANGAN PERIKANAN DENGAN MENGOPTIMALKAN WISATA BAHARI DAN WISATA KULINER MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Oleh: Siti Nur Azizah


             
            Berbicara tentang negara kepulauan, penulis teringat tentang salah satu kota di Sumatra yaitu Lampung, dimana daerah tersebut merupakan salah satu daerah kebanggaan Indonesia dengan kekayaan yang begitu melimpah terutama dalam sektor perikanan. Betapa tidak, daerah potensi wisata bahari seperti wista pantai, pemancingan laut, selancar air dan snorkeling begitu besar. Di lampung barat saja, untuk penghasilan dari sektor perikanan melebihi 17.000ton/tahun hanya untuk tingkat ikan tangkap saja dan hanya satu wilayah. Jika secara keseluruhan, seperti yang diprediksi oleh menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), realisasi produksi perikanan budidaya pada tahun 2012 mampu mencapai kenaikan sebesar 7% setelah sebelumnya pada tahun 2011 sebesar 6,8 juta ton. Bahkan ia sangat yakin bahwa pada tahun 2015 melalui Lampung, Indonesia  mampu menjadi negara penghasil produk perikanan terbesar. Bahkan mampu mengekspor hasil laut dalam jumlah besar.[1]
            Namun, yang menjadi pertanyaan, setelah pembudidayaan tersebut terlaksana dengan hasil yang memuaskan akankah berdampak memuaskan pula bagi warga pesisir atau sekelas nelayan? Ataukah hanya menguntungkan bagi kaum-kaum bermodal dan hanya sedikit untuk para pembudidayanya? Atau adakah dampak positif bagi daerah perikanan tersebut, misalnya bagi warga sekitar nelayan yang memang ekonominya masih rendah,dan bagi tata letak daerah tersebut yang berubah menjadi sesuatu yang meninggalkan dampak keindahan atau justr malah sebaliknya hanya memanen ikan lantas pulang? Kemungkinan besar ekonomi mereka akan tetap terkungkung dengan kemiskinan mereka tata letak semakin tak sedap dipandang, hanya bau asin yang bertebaran, bahkan ketika budidaya dan ikan tangkap itu sudah tidak memenuhi kapasitas. Kerena, jika ditinjau lebih lanjut, semakin hari, bulan dan tahun ikan yang berada di laut dan dalam budidaya tersebut dikeruk, akan semakin habis walau sepotensial apapun.
Setelah itu, masyarakat dengan profesi nelayan akan kehilangan mata pencaharian. Dalam hal ini, sebenarnya dibutuhkan beberapa langkah yang lebih arif untuk melindungi dan menjamin kehidupan warga pesisir secara berkelanjutan. Selain dalam pembudidayaan serta penangkapan ikan tersebut sebagai bukti kerja kelas nelayan serta para warga pesisir dengan menjamin peningkatan perekonomian.

Mengoptimalkan Wisata Bahari Dan Wisata Kuliner sebagai Alternatif

Jika menengok bebarapa minggu kemarin, ada satu hal yang penulis pikirkan yaitu ketika seorang atlit pesepak bola dari tim La Galaxi; David Beckham bertandang ke Indonesia untuk bermain liga persahabatan, di sela-sela waktu, yaitu  ketika ia menanyakan Makanan apa yang paling enak di Indonesia? Hal tersebut benar-benar mempresentatifkan bahwa hal yang paling tidak bisa terlupa ketika datang ke suatu tempat adalah hidangan yang tersajikan.[2]
            Bagi Indonesia, khususnya bagi warga yang berkecimpung dalam dunia kuliner pertanyaan Beckham adalah suatu petunjuk bahwa kuliner khususnya makanan Indonesia adalah suatu hal yang amat potensial bahkan telah banyak dilirik oleh warga asing, yaitu untuk sekedar datang berlibur menikmati alam yang tersedia dengan keindahanya serta dimanjakan dengan  menu makanan yang begitu menggiurkan.
            Terlebih, Indonesia mempunyai daya dukung yang begitu kuat diantaranya yaitu sebagai negara kepulauan terbesar dengan wisata alam tak terhitung dari pantai, pegunungan hingga taman yang berada di daratan. Semua tersaji begitu mempesona, tertata, serta memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi bangsa ini. Tentu saja sebagai dampak positif akhirnya adalah berujung tingkat pendapatan yang meningkat.
            Berbicara tentang kuliner tersebut, alangkah indahnya jika potensi sektor perikanan lampung yang selama ini mampu memberi kontribusi lewat hasil budidaya dan penangkapannya, sebagian dialih fungsikan dalam kuliner tersebut. Misalnya seperti Udang dan Lobster yang selama ini menempati posisi ekpor dan konsumsi dunia nomer 6, diolah dalam bentuk kreasi makanan, setelah itu dilengkapi dengan hasil jenis perikanan lainya  karena, jika mengandalkan dari penangkapan dan pengerukan hasil laut yang setiap tahun di targetkan hasilnya, pada akhirnya hasil laut akan semakin berkurang dan berkurang.
            Selain itu, tata letak pantai diatur sedemikian indah menjadi wisata bahari  yang tentu saja pantas untuk dinikmati oleh para pengunjung. Contoh kecil adanya tempat pemancingan khusus keluarga, atau budidaya keramba atau bahkan dibangun ruang-ruang khusus bersantai bagi para pengunjug. Hal tersebut, tanpa disadari akan mengundang pula wisatawan asing untuk beramai-ramai menyaksikan keindahan kota Lampung dengan segala potensinya. Selama ini, Indonesia hanya mempunyai Bali sebagai aset terbesar dalam wisata Bahrari serta kuliner dengan khas pantaniya serta pemberdayaannya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Lampung tentu saja dengan hal tersebut juga mampu menyulap potensi yang selama ini masih belum dioptimalkan secara  utuh menjadi Lampung yang mampu memberikan kontribusi dalam kelancaran cita-cita mulia Indonesia menjadikan sektor agribisnis dalam hal ini sektor perikanan sebagai lokomotif perekonomian bangsa ini.


Pemebrdayaan Masyarakat
           
Ke depan, masalah  utama yang kita hadapi adalah bagaiamana mengatasai kemiskinan, pengangguran, kesenjangan, kerusakan lingkungan pesisir yang semakin hari tampaknya semakin parah.[3] Bahkan kekeliruan kerap sekali terjadi, bahkan menjadi sesuatu yang biasa saja. Salah satuny aadalah menempatkan ideologi sektor perikanan hanya terbatas dalam konteks fisik dan kapital semata. Peningkatan produksi, serta kemapanan hasil, agribisnis, devisa adalah parameter-parameter penting, akan tetapi terkesan mengesampingkan aspek terpenting lain dari sektor perikanan tersebut, yaitu nelayan dan kesejahteraanya.
Ideologi semacam itu terasa  lebih bersifat hedonistik, meski memang sering menuai berbagai kisah sukses seperti tercapaianya sebagai negara “Negara Pengekspor hasil laut terbesar di dunia” akan tetapi sekaligus  terlihat tanda-tanda peminggiran subyek nelayan dan kesejahteraanya. Sejauh ini, kita dihadapkan pada keprihatinan nelayan-nelayan yang terpinggirkan dan penuh keterbatasan dalam memanen hasil laut, yang sebenarnya mereka merupakan bagian terbesar masyarakat yang masih berada di bagian belakang dalam stratum kesejahteraan penduduk uumnya.
Mestinya, ideologi yang harus kita bangun adalah mendorong agar nelayan-nelayan di Indonesia khususnya di daerah pesisir yang memang mempunyai potensi besar namun belum mampu mengoptimalkan secara bijaksana agar memiliki hak-hak khusus seperti yang berlaku di negara maju. Hak-hak khusus tersebut diperlukan mengingat karakter dari sektor perikanan tersebut merupakan salah satu lokomotif berkembanganya ekonomi bangsa ini, yang tentunya maju hanya dalam satu pihak saja, tetapi dipihak nelayan akan selalu dalam posisi yang lemah akibat dari karakter produksi yang dihasilkan. Tidak mungkin suatu masyarakat akan berkembang jika ekonomi lemah, kekurangan pangan, distribusi hasil produksi dengan harga rendah, bahkan mengalami food-traps seperti saat ini. Sedangkan disisi lain, hasil laut mempunyai nilai tukar yang tinggi bahkan nilai tambahnya tidak mampu dinikmati oleh para nelayan sebagai produsennya.
Oleh karena itu, menjadi hal yang ideal apabila kepentingan nelayan dan kepentingan negara menjadi satu tanpa meniadakan kepentingan yang satu dengan lainnya. Lewat pembangunan wisata kuliner dan wisata bahari, para masyarakat pesisir akan terangkat perlahan dari segi perekonomin, para pengangguran akan semakin berkurang dan kreatifitas akan semakin berkembang, sebagai dampak akhrir positifnya, daerah pesisir atau wilayah kelautan akan terjaga dari efek kerusakan serta dapat memberikan kontribusi yang besar bagi negara. Akhirnya menjadikan sektor perikanan menjadi salah satu lokomotif perekonomian akan menunjukan titik terang keberhasilannya.  

Closing Statement
Dalam sektor apapun, suatu hasil produksi dari semua yang dihasilkan di bangsa ini adalah dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat, tanpa harus meninggalkan kecacatan. Salah satunya adalah semua produksi atau semua hasil yang secara alamiah di dapat dari sektor kelautan, adalah untuk rakyat, serta demi kemajuan bangsa yang tengah kuncup dan berkembang ini. Dengan syarat tidak ada pencidraan terhadap laut tersebut. Oleh karena itu, menjaga keharmonisan antara laut, manusia dan hasil produksinya adalah suatu keharusan. Karena nantinyapun akan berujung untuk pemberdayaan masyarakat dalam rangka konsep kesejahteraan.
Selain itu, bagi bangsa ini, penambahan pendapatanpun suatu hal yang perlu diperhatikan karena tanpa adanya sumbangih bagi kemajuan perekonomian nasional suatu usaha atau produksi maupun budidaya belum seutuhnya dapat diunggulkan. Dalam hal ini, sektor perikanan dengan sejuta potensinya, mampu dirancangkan menjadi lokomotif perekonomian nasional. Artinya, dengan sektor perikanan tersebut tersisih beberapa pekerjaan untuk masyarakat pesisir khususnya dan masyarakat luas pada umumnya serta pemerintah yang memegang peranan penting, harus mampu menjaga dan melestarikan potensialisme tersebut.
Lewat pembangunan dan pelestarian budidaya ikan, serta wisata bahari dan kuliner, pemerintah akan mampu menambah pemasukan seperti devisa, serta imengurangi kemiskinan akibat bersserakannya pengangguran. Bagi masyarakat, akan bertambahnya income, serta terbukanya lapangan kerja baru, serta berkembangnya kreatifitas. Bagi wilayah laut sendiri, akan merasa tentram dari kerusakan, begitu pula dengan ikan-ikan di laut, tidak akan habis hanya dengan pengerukan yang terkadang berujung target untuk sebuah hasil dalam angka tahuanan.
Pada akhirnya, menetapkan perlakuan arif dan menjaga harmonisitas antara alam dan setiap sektor, sektor perikanan khususnya adalah tugas kita semua, serta para petinggi yang menyalurkan aspirasi masyarakat luas. Sehingga masyarakat terangkat dari jerat kemiskinan, Negara bertambah pendapatan, dan laut merasa dihormati.














Daftar Bacaan

Adrim, M. Cs, Ikan Tambak dan Habitatnya, proyek Studi Potensi Sumber Daya Alam Indonesia (jakarta; Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lipi, 1998)

Afrianto, Eddy dan Evi liviawat, Pengawetan dan Pengolahan Ikan  (yogyakarta percetakan kanisius) 2001.
Zukkarnain, Membangun Ekonomi Rakyat Persepsi tentang Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. (Yogyakarta: Adita Karya Nusa), 2003.
Merapi Edisi Desember
Www. Potensi Perikanan di Lampung. Com









[1] Www. Potensi Perikanan di Lampung. Com. Diunduh pada Desember tgl 01-2011
[2] Merapi. Edisi Minggu.  
[3] Zukkarnain, Membangun Ekonomi Rakyat Persepsi tentang Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. (Yogyakarta: Adita Karya Nusa), 2003. Hal. 25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar