PENGEMBANGAN
PERIKANAN DENGAN MENGOPTIMALKAN WISATA BAHARI DAN WISATA KULINER MELALUI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Oleh: Siti Nur Azizah
Berbicara tentang negara kepulauan, penulis teringat
tentang salah satu kota di Sumatra yaitu Lampung, dimana daerah tersebut
merupakan salah satu daerah kebanggaan Indonesia dengan kekayaan yang begitu
melimpah terutama dalam sektor perikanan. Betapa tidak, daerah potensi wisata
bahari seperti wista pantai, pemancingan laut, selancar air dan snorkeling begitu besar.
Di lampung barat saja, untuk penghasilan dari sektor perikanan melebihi
17.000ton/tahun hanya untuk tingkat ikan tangkap saja dan hanya satu wilayah.
Jika secara keseluruhan, seperti yang diprediksi oleh menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), realisasi produksi
perikanan budidaya pada tahun 2012 mampu mencapai kenaikan sebesar 7% setelah
sebelumnya pada tahun 2011 sebesar 6,8 juta ton. Bahkan ia sangat yakin bahwa
pada tahun 2015 melalui Lampung, Indonesia
mampu menjadi negara penghasil produk perikanan terbesar. Bahkan mampu
mengekspor hasil laut dalam jumlah besar.[1]
Namun, yang menjadi pertanyaan, setelah pembudidayaan
tersebut terlaksana dengan hasil yang memuaskan akankah berdampak memuaskan
pula bagi warga pesisir atau sekelas nelayan? Ataukah hanya menguntungkan bagi
kaum-kaum bermodal dan hanya sedikit untuk para pembudidayanya? Atau adakah
dampak positif bagi daerah perikanan tersebut, misalnya bagi warga sekitar
nelayan yang memang ekonominya masih rendah,dan bagi tata letak daerah tersebut
yang berubah menjadi sesuatu yang meninggalkan dampak keindahan atau justr
malah sebaliknya hanya memanen ikan lantas pulang? Kemungkinan besar ekonomi
mereka akan tetap terkungkung dengan kemiskinan mereka tata letak semakin tak
sedap dipandang, hanya bau asin yang bertebaran, bahkan ketika budidaya dan
ikan tangkap itu sudah tidak memenuhi kapasitas. Kerena, jika ditinjau lebih
lanjut, semakin hari, bulan dan tahun ikan yang berada di laut dan dalam
budidaya tersebut dikeruk, akan semakin habis walau sepotensial apapun.
Setelah itu, masyarakat
dengan profesi nelayan akan kehilangan mata pencaharian. Dalam hal ini,
sebenarnya dibutuhkan beberapa langkah yang lebih arif untuk melindungi dan
menjamin kehidupan warga pesisir secara berkelanjutan. Selain dalam
pembudidayaan serta penangkapan ikan tersebut sebagai bukti kerja kelas nelayan
serta para warga pesisir dengan menjamin peningkatan perekonomian.
Mengoptimalkan Wisata
Bahari Dan Wisata Kuliner sebagai Alternatif
Jika menengok bebarapa
minggu kemarin, ada satu hal yang penulis pikirkan yaitu ketika seorang atlit
pesepak bola dari tim La Galaxi; David Beckham bertandang ke Indonesia untuk
bermain liga persahabatan, di sela-sela waktu, yaitu ketika ia menanyakan Makanan apa yang paling
enak di Indonesia? Hal tersebut benar-benar mempresentatifkan bahwa hal yang
paling tidak bisa terlupa ketika datang ke suatu tempat adalah hidangan yang
tersajikan.[2]
Bagi Indonesia, khususnya bagi warga yang berkecimpung
dalam dunia kuliner pertanyaan Beckham adalah suatu petunjuk bahwa kuliner
khususnya makanan Indonesia adalah suatu hal yang amat potensial bahkan telah
banyak dilirik oleh warga asing, yaitu untuk sekedar datang berlibur menikmati
alam yang tersedia dengan keindahanya serta dimanjakan dengan menu makanan yang begitu menggiurkan.
Terlebih, Indonesia mempunyai daya dukung yang begitu
kuat diantaranya yaitu sebagai negara kepulauan terbesar dengan wisata alam tak
terhitung dari pantai, pegunungan hingga taman yang berada di daratan. Semua
tersaji begitu mempesona, tertata, serta memberikan kontribusi yang cukup
tinggi bagi bangsa ini. Tentu saja sebagai dampak positif akhirnya adalah
berujung tingkat pendapatan yang meningkat.
Berbicara tentang kuliner tersebut, alangkah indahnya
jika potensi sektor perikanan lampung yang selama ini mampu memberi kontribusi
lewat hasil budidaya dan penangkapannya, sebagian dialih fungsikan dalam
kuliner tersebut. Misalnya seperti Udang dan Lobster yang selama ini menempati
posisi ekpor dan konsumsi dunia nomer 6, diolah dalam bentuk kreasi makanan,
setelah itu dilengkapi dengan hasil jenis perikanan lainya karena, jika mengandalkan dari penangkapan
dan pengerukan hasil laut yang setiap tahun di targetkan hasilnya, pada
akhirnya hasil laut akan semakin berkurang dan berkurang.
Selain itu, tata letak pantai diatur sedemikian indah
menjadi wisata bahari yang tentu saja
pantas untuk dinikmati oleh para pengunjung. Contoh kecil adanya tempat
pemancingan khusus keluarga, atau budidaya keramba atau bahkan dibangun
ruang-ruang khusus bersantai bagi para pengunjug. Hal tersebut, tanpa disadari
akan mengundang pula wisatawan asing untuk beramai-ramai menyaksikan keindahan
kota Lampung dengan segala potensinya. Selama ini, Indonesia hanya mempunyai
Bali sebagai aset terbesar dalam wisata Bahrari serta kuliner dengan khas
pantaniya serta pemberdayaannya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitar.
Lampung tentu saja dengan
hal tersebut juga mampu menyulap potensi yang selama ini masih belum dioptimalkan
secara utuh menjadi Lampung yang mampu
memberikan kontribusi dalam kelancaran cita-cita mulia Indonesia menjadikan sektor
agribisnis dalam hal ini sektor perikanan sebagai lokomotif perekonomian bangsa
ini.
Pemebrdayaan Masyarakat
Ke depan, masalah utama yang kita hadapi adalah bagaiamana
mengatasai kemiskinan, pengangguran, kesenjangan, kerusakan lingkungan pesisir
yang semakin hari tampaknya semakin parah.[3]
Bahkan kekeliruan kerap sekali terjadi, bahkan menjadi sesuatu yang biasa saja.
Salah satuny aadalah menempatkan ideologi sektor perikanan hanya terbatas dalam
konteks fisik dan kapital semata. Peningkatan produksi, serta kemapanan hasil,
agribisnis, devisa adalah parameter-parameter penting, akan tetapi terkesan
mengesampingkan aspek terpenting lain dari sektor perikanan tersebut, yaitu
nelayan dan kesejahteraanya.
Ideologi semacam itu
terasa lebih bersifat hedonistik, meski
memang sering menuai berbagai kisah sukses seperti tercapaianya sebagai negara
“Negara Pengekspor hasil laut terbesar di dunia” akan tetapi sekaligus terlihat tanda-tanda peminggiran subyek
nelayan dan kesejahteraanya. Sejauh ini, kita dihadapkan pada keprihatinan
nelayan-nelayan yang terpinggirkan dan penuh keterbatasan dalam memanen hasil
laut, yang sebenarnya mereka merupakan bagian terbesar masyarakat yang masih
berada di bagian belakang dalam stratum kesejahteraan penduduk uumnya.
Mestinya, ideologi yang
harus kita bangun adalah mendorong agar nelayan-nelayan di Indonesia khususnya
di daerah pesisir yang memang mempunyai potensi besar namun belum mampu
mengoptimalkan secara bijaksana agar memiliki hak-hak khusus seperti yang
berlaku di negara maju. Hak-hak khusus tersebut diperlukan mengingat karakter
dari sektor perikanan tersebut merupakan salah satu lokomotif berkembanganya
ekonomi bangsa ini, yang tentunya maju hanya dalam satu pihak saja, tetapi
dipihak nelayan akan selalu dalam posisi yang lemah akibat dari karakter
produksi yang dihasilkan. Tidak mungkin suatu masyarakat akan berkembang jika
ekonomi lemah, kekurangan pangan, distribusi hasil produksi dengan harga
rendah, bahkan mengalami food-traps seperti saat ini. Sedangkan disisi lain,
hasil laut mempunyai nilai tukar yang tinggi bahkan nilai tambahnya tidak mampu
dinikmati oleh para nelayan sebagai produsennya.
Oleh karena itu, menjadi
hal yang ideal apabila kepentingan nelayan dan kepentingan negara menjadi satu
tanpa meniadakan kepentingan yang satu dengan lainnya. Lewat pembangunan wisata
kuliner dan wisata bahari, para masyarakat pesisir akan terangkat perlahan dari
segi perekonomin, para pengangguran akan semakin berkurang dan kreatifitas akan
semakin berkembang, sebagai dampak akhrir positifnya, daerah pesisir atau
wilayah kelautan akan terjaga dari efek kerusakan serta dapat memberikan
kontribusi yang besar bagi negara. Akhirnya menjadikan sektor perikanan menjadi
salah satu lokomotif perekonomian akan menunjukan titik terang keberhasilannya.
Closing Statement
Dalam sektor apapun, suatu
hasil produksi dari semua yang dihasilkan di bangsa ini adalah dikembalikan
untuk kesejahteraan rakyat, tanpa harus meninggalkan kecacatan. Salah satunya
adalah semua produksi atau semua hasil yang secara alamiah di dapat dari sektor
kelautan, adalah untuk rakyat, serta demi kemajuan bangsa yang tengah kuncup
dan berkembang ini. Dengan syarat tidak ada pencidraan terhadap laut tersebut.
Oleh karena itu, menjaga keharmonisan antara laut, manusia dan hasil
produksinya adalah suatu keharusan. Karena nantinyapun akan berujung untuk
pemberdayaan masyarakat dalam rangka konsep kesejahteraan.
Selain itu, bagi bangsa
ini, penambahan pendapatanpun suatu hal yang perlu diperhatikan karena tanpa adanya
sumbangih bagi kemajuan perekonomian nasional suatu usaha atau produksi maupun
budidaya belum seutuhnya dapat diunggulkan. Dalam hal ini, sektor perikanan dengan
sejuta potensinya, mampu dirancangkan menjadi lokomotif perekonomian nasional.
Artinya, dengan sektor perikanan tersebut tersisih beberapa pekerjaan untuk
masyarakat pesisir khususnya dan masyarakat luas pada umumnya serta pemerintah
yang memegang peranan penting, harus mampu menjaga dan melestarikan
potensialisme tersebut.
Lewat pembangunan dan
pelestarian budidaya ikan, serta wisata bahari dan kuliner, pemerintah akan
mampu menambah pemasukan seperti devisa, serta imengurangi kemiskinan akibat
bersserakannya pengangguran. Bagi masyarakat, akan bertambahnya income, serta
terbukanya lapangan kerja baru, serta berkembangnya kreatifitas. Bagi wilayah
laut sendiri, akan merasa tentram dari kerusakan, begitu pula dengan ikan-ikan
di laut, tidak akan habis hanya dengan pengerukan yang terkadang berujung
target untuk sebuah hasil dalam angka tahuanan.
Pada akhirnya, menetapkan
perlakuan arif dan menjaga harmonisitas antara alam dan setiap sektor, sektor
perikanan khususnya adalah tugas kita semua, serta para petinggi yang
menyalurkan aspirasi masyarakat luas. Sehingga masyarakat terangkat dari jerat
kemiskinan, Negara bertambah pendapatan, dan laut merasa dihormati.
Daftar Bacaan
Adrim, M. Cs, Ikan Tambak dan Habitatnya,
proyek Studi Potensi Sumber Daya Alam Indonesia (jakarta; Pusat Penelitian
dan Pengembangan Oseanologi Lipi, 1998)
Afrianto, Eddy dan Evi liviawat, Pengawetan
dan Pengolahan Ikan (yogyakarta
percetakan kanisius) 2001.
Zukkarnain, Membangun Ekonomi
Rakyat Persepsi tentang Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. (Yogyakarta: Adita
Karya Nusa), 2003.
Merapi Edisi Desember
Www. Potensi Perikanan di
Lampung. Com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar