Semangat.....

Success Will Never come to you but you must search it.....

Selasa, 21 Februari 2012

cerpen


Bukan Perawan Biasa
Oleh:
Cinung Azizy

Kkalau cinta itu ada sayapnya... terbanglah dan hinggaplah di hati dia

berbisiklah kepada dia yang telah kuberikan hatiku
berbisiklah tentang rasaku yang satu

serulah kepadanya Cinta, sapalah dia Cinta dengan cintaku

pandanglah dia... dan ceritalah Cinta tentang aku yang sedang jatuh hati kepadanya


Novel keenam NOOR SURAYA m...moreKKKkkk   
alau cinta itu ada sayapnya... terbanglah dan hinggaplah di hatinya. Berbisiklah kepadanya yang telah kuberikan hatiku. Berbisiklah tentang rasaku yang satu, serulah kepadanya, sapalah dia dengan cintaku, pandanglah dia... dan ceritalah tentang aku yang sedang jatuh hati kepadanya.
***
Ruang keluarga itu tiba-tiba menjadi hening saat mereka mendengar langkahku. Dengan perasaan malas aku menyapa mereka. Seperti dugaanku, hanya balasan kecut yang kudapat. Aku tahu benar, seisi rumahku masih marah denganku. Mereka menatapku dengan pandangan yang aneh, seolah aku pesalah yang harus segera di adili. Seharusnya, aku yang balik memberontak, bahwa ini semua tak adil bagiku.
“Grey, apa kamu tidak bisa mencari wanita lain? Apa sih yang bisa kamu banggakan dari wanita itu? Dia itu katro Grey, tidak cantik-cantik amat, ” serang kak Rini, kakaku yang nomer satu. Ia memang gadis yang cantik ditambah dengan tubuh rampingnya. Aku hanya diam, sebagai bungsu tak banyak yang bisa kulakkan untuk masalah pakaian saja aku masih selalu diatur apalagi untuk urusan perempuan, mereka jelas ambil andil dengan porsi yang besar, tanpa memikirkan andilku sebegai pemeran utama. Huft, aku mendengus kesal, namun mulut makih terkatup.
“Apalagi pendidikan nya, nol, terus dia juga bukan dari keturunan orang kaya, apa sih yang akan kamu banggakan dari wanita seperti itu? Kenapa kamu gak mau mencontoh kami, kakak-kakak mu,  Kak Imam, dia seorang pegawai negeri, Aku, seorang wakil Bupati. Kak mustofa, dia seorang alim ulama yang di segani masyarakat. Lihat juga, Kak Rini, ia seorang dokter, begitu pula ibu kita Grey, beliau seorang guru besar yang amat di hormati oleh warga. Nah kamu lihat! Istri-istri kami, mereka semua orang-orang yang berpendidikan, dan cerdas. Tapi kamu…..!,Aku yakin kamu hanya akan mencoreng nama baik keluarga kita saja, dengan menikahi wanita itu. Kami tidak setuju kamu menikah dengan nya. Pokok nya sekarang kamu fikirkan baik-baik, kalau kamu memilh dia , maaf kami tak lagi menerima mu, pergilah kamu dengan nya…!” Hardik Kak Reyhan. Nafas nya tersengal-sengal karena menahan emosi . Seisi ruangan diam. Semua saudaraku seolah hendak mengatakan, bahwa apa yang baru saja di ucap kan Kak Reyhan  adalah benar dan aku harus menuruti nya.
“Apa perlu mbak carikan pendamping buat mu dik?” ucap mbak Rita, Istri Kak Imam, memecah kesunyian. Aku semakin diam. Jiwaku ingin berontak, kepalaku benar-benar terasa berat, bahkan dadaku berdebar amat hebat.
Aku merasa bahwa mereka telah mencampuri urusan pribadiku. Aku tertunduk dalam perasaan yang tak menentu, aku merasa  tidak terima kekasih yang  selama ini mampu menengkan jiwa liarku, ,yang begitu aku cintai di maki , dan di hina oleh saudara kandungku, yang seharusnya mendukung dan mendo’akan. Tapi mereka melupakan tugas utama mereka. Aku menghela nafas, kemudian kutatap satu persatu lurus ke mata terdalam kak-kakau yang tengah duduk melingkar, sesuai aturan tatanan sofa.  lalu aku beranjak tanpa berbicara sepatah kata pun.
“Grey……!” kembali Kak Reyhan memanggilku, namun bukanya aku menoleh, justru cepat-cepat pintu kututup dan musik aku keraskan
“Ini semua gara-gara perempuan katro itu!” suara Kak Rey terdengar samar-samar namun nada emosi begitu masih kentara. Aku hanya tersenyum kecut. Memandangi jam dinding yang seolah tersenyum dengan waktu yang ia suguhkan penuh kepucatan.
***

            Aku memang seorang pemuda dari keturunan orang berada di kota Malang ini. Ayah  dan ibuku adalah seorang doctor dan sekarang masih menjabat sebagai seorang dosen di UNISMA. Semua saudaraku telah berkeluarga, dan telah memiliki pekerjaan yang tetap serta terhormat. Walaupun usiaku telah dewasa, namun aku belum juga mau menikah.
Tiga tahun aku bekerja di sebuah Bank, sesuai kuliahku dulu di fakultas ekonomi, aku semakin mapan bahkan keinginanku untuk menikahpun telah mencuat. Saat itu, aku mulai mengenal seorang wanita yang kebetulan berpapasan di Masjid saat aku sengaja mampir untuk sholat, karena takut tidak kebaigian waktu ashar, yah maklumlah pekerjaanku sangat menuntutku untuk pulang menjelang matahari terbenam. .
Awalnya, aku hanya memandangnya biasa saja, bahkan sekilas pintas. Tak ada yang istimewa, memang benar, wajah biasa saja, hanya lesung pipit dan gigi gingsulnya yang membuatku tertarik. Hanya sebatas itu, namun, lebih dari tiga kali bahkan hampir empat kali, ia seperti tampak berubah di mataku, cantik dan semakin cantik. Ia membuatku rajin untuk mampir ke masjid itu, hingga pada suatu hari aku beranikan diri untuk memperkenalkan diri, dengan alasan sebenarnya ingin mengenalnya. Ah, memang pd sekali aku saat itu. Namun, sikap pdku kala itu membawa hasil yang maksimal, hingga akhirnya aku mengenalnya lebih jauh bahkan sampai tahap terpikat dan akhirnya baru aku tahu kalau aku memang mencintainya.
“ Hilya, apakah kamu siap jika akhir tahun ini aku persunting?” ucapku tegas saat itu, di serambi masjid. Ia hanya menjawabnya dengan air mata bahagia, namun ada sedikit beban yang terselip.
Aku paham, air mata itu, air mata kebahagiaan yang sangat namun syarat kesedihan. Bahagia karena memang ia juga sangat mencintaiku, sedih karena ia takut, keluargaku akan mempermasalahkan statusnya yang berbeda denganku. Ahk lagi-lagi status sosial yang bermain, tapi memang benar, keluargaku menentangnya, dengan posisinya yang hanya seorang anak dari keluarga penjual bakso keliling, serta ia sendiri hanya mengisi hari-harinya dengan mengajar anak-anak mengaji dan mengurus anak-anak yatim serta latar belakang pendidikan dari pesabtren dan hanya lulus SMA. Tapi, justru dari hal itulah, aku sangat tertarik padanya, ia begitu sabar dan perhatian, bahkan jiwa sosialnya begitu tinggi. Aku tak memeprmasalahkan ia kaya atau pendidikannya hanya SMA, yang jelas ia mampu menenagkan hatiku bahkan mampu menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku kelak.
            “Ma’afkan aku sayang. Aku tak mampu memperjuangkanmu di depan ketamakan keluarga besarku” batin laraku menyeruak. . Ada perasan bersalah yang bercokol dalam dadaku, pada Hilya .
“Ya Allah,  Haruskah nasib cintaku berakhir sedemikian? Bukan kah kami saling mencintai, kami saling memahami, tapi mengapa mereka semua justru tak memahami kami?” kembali aku bertanya pada Bantal dan guling, lirih dan begitu menyayat hati.
***
            Beberapa malam kemudian,
“Dik , kemar,,” panggil  kakak iparku.  Lalu dengan langkah berat aku  mendekat.
“Ada apa kak?” jawabku yang sambil menggendong Zahra keponakanku.
“Kenal kan ini dik Eka, dia masih kuliah dan masih gadis” jawab  kakak ipar.
“Deg,…. “ jantungku berdebar. Aku kaget melihat wanita itu, sebenarnya aku mampu menebak maksud kakak iparku itu. Wanita itu tersenyum manis padaku. Raut wajah nya merona, aku terpaksa tersenyum pada Eka, tampak Eka menunduk malu dan grogi.
“Eh ….kalian ngobrol-ngobrol dulu ya, biar Kaka yang menggendong anak ini” kaka iparku mengambil bocah itu dari gendonganku dan dengan sengaja membiarkan ku berduaan dengan Eka. Aku pun mengajak Eka duduk di kursi.
Sejak pertemuan itu Aku jadi bertambah gundah. Eka juga wanita yang cantik dan terpelajar, sopan, baik lagi. Namun niatku telah bulat, yaitu ingin memper istri kekasih yang telah merajai hatiku, apapun yang terjadi. Disaat ruwet seperti ini, hanya satu yang mampu aku lakukan, bersimpuh dengn dua rakaat istikharoh di sepertiga malamku, dan berharap semoga do’a-do’aku sampai pada Tuhan.
“Ya Allah, sesungguh nya aku memohon kepada Mu, memilih mana yang baik menurut pengetahuan Mu. Dan aku memohon kepada Mu , untuk memberi ketentuan dengan kekuasaan Mu. Dan aku memohon anugerah Mu yang agung, karena sesungguh nya engkau Maha kuasa, sedang aku tak memiliki kekuasaan. Engkau Maha mengetahui sedang aku tidak mengetahui. Engkaulah yang mengetahuiakan barang gaib, ya Allah, jika Engkau mengetahui perkara aku ingin hidup dengan Insan calon istriku, adalah baik baiku, buat agamaku, buat penghidupan ku dan baik akibat nya, maka tetapkan lah perkara ini untuk ku. Kemudian berilah berkah kebaikan untuk ku. Dan jika Engkau mengetahui sesungguh nya perkara ini jelek bagiku, bagi agamaku, bagi penghidupan ku , dan jelek akibat nya ,maka pisah kan lah kami, pisah yang baik- baik, dan lindungi kami, dari keburukan. Di mana saja berada , dan kemudian jadikan lah kami redha akan keputusan mu. Sungguh ya Allah niatku tulus dan suci , dan Engkaulah yang menjadi saksi bahwa kami saling mencintai.Ya Allah lembutkanlah hati keluarga kami , dan ku mohon rahmat_Mu, terima kasih ya Allah, amin ya Robbal Alamin,” Aku menunduk,sambil menyeka air mata yang menerobos pertahananku. Doa yang baru saja terucap membuat dadaku bergemuruh, memohon serta meyakini bahwa Allah pasti akan memberi jalan keluar buatku
. Tanpa sepengetahuanku,  kakak yang ke tiga telah  duduk tak jauh dari tempatku sujud, dan ia mendengar keluhku, lalu mengusap punggungku dengan keget aku berbalik,
“Dik, dalam pandangan islam, ada sebuah hadits yang mengupas soal mencari jodoh. Contoh nya yang sering kita baca, yaitu,hadist riwayat dari Abu Hurairah r.a. yang berbunyi separti ini. Dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, wanita itu di nikahi karena empat perkara, yang pertama; Karena harta benda nya, Yang kedua ; karena keturunan nya, yang ketiga ; karena kecantikan nya, dan yang ke empat, karena agama nya. Jika ketiga di antara nya tidak memenuhi , maka pilih lah karena agamanya. Insya Allah pilihan mu tidak salah dik” ucap Mas Mustofa, pelan namun mampu menggugah hati ku.
“Oya Dik, apa dia bisa baca Qur,an?” tanya Mas Mustofa.
“Allhamdullillah Mas, dia bisa, bahkan yang membuatku mempertahankannya dia berlatar belakang pesantren dan begitu penyabar”
“Ya, semoga saja pilihan mu adalah pilihan yang tak keliru Dik. Aku sebagai mas , hanya mampu berdoa untuk kebahagian mu, aku yakin engkau lah yang tahu semua tentang dia, jadi mas yakin akan pilihan mu itu.” Ucap sang kakak , membesar kan hati adik nya, sambil menepuk bahuku.
“ Terima kasih ya Mas, saya akan mencoba tuk jadi diri saya sendiri, dan saya benar-benar perlukan doa Mas, semoga pilihan saya tidak keliru.”jawabku sambil memeluk tubuh mas Mustofa.
***
            Pagi-pagi sekali aku telah berdandan rapih, dan membawa sepasang cincin untuk persembahan cintaku, walau belum semua keluargaku setuju namun aku akan terus berjuang, toh aku yang akan menjalaninya, bukan mereka.
            Belum sempat mengucap salam, ketika sampai di halaman, terdengar sayup-sayup suara Bu Midah, Ibu Hilya,,
            “Nduk, Jika Grey tidak datang dan membuktikan omongannya untuk melamarmu, sebaiknya kamu tidak usah banyak berharap, Tuhan tahu mana yang terbaik untukmu, namun jika dia datang, ia adalah jodohmu”
            “Bu, ada Grey di halaman” Ucap Halimah, Kaka Hilya,
            Lalu, serta merta Ibu Dan Hilya keluar dan menyambutku dengan senyum. Ada kilatan cinta yang kutangkap dari senyum Hilya pagi itu.

           














BIODATA PENULIS


· Cinung Azizy yang bernama lengkap Siti Nur Azizah, lahir di Cilacap, 19 September 1991, adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. Karyanya terantologikan dalam Antologi Cerpen Lelaki yang Dibeli (STAIN Press, 2011), Antologi Puisi Pilar Penyair (Obsesi Press, 2011) Beberapa karyanya (cerpen remaja dan cerita anak) pernah dimuat di beberapa media seperti Tabloid Poin, Majalah An-Nur, Majalah Mayara, Soloposs, Radar Banyumas, Majalah Misykat.
Menjadi Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional dalam bidang Ekonomi 2011 yang diadakan di Universitas Wahid Hasyim Semarang. Juara 2 Lomba Esai Tingkat Nasional dengan Tema, Konservasi Lingkungan Berbasis Qur,ani  yang diadakan di Universitas Jenderal Soedirman 2011, Juara 3 Lomba Karya Tulis Ekonomi Islam Tingkat Nasional di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Juara Harapan I LKT Ekonomi Syariah Tingkat Nasional Secment 3rd 2010 di Universitas Negeri Semarang, serta Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah Se-Jawa tentang Kearifan Lokal 2010 di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
 Kini aktif menjadi penghuni RUMAH AJAIB, komunitas penulis dan peneliti sastra dan dunia anak di Purwokerto. Serta tergabung dalam sekolah kepenulisan di STAIN Purwokerto dan KSEI (Komunitas Study  Ekonomi Islam) di STAIN Purwokerto.
Alamat                        Desa Jakatawa, Bulaksari,
Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap 53254
Email               : Cinung_Azizy@yahoo.com
Hp                   : 089665560077
No. Rek           : 6673 Unit Bantarsari Ciilacap
                                    6673-01-007818-53-4
                                    Atas nama Siti Nur Azizah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar